WARNA WARNI TANYA

Ada yang qalbunya sedang menggebu rindu kepada tuhan lalu bertanya;

“Wahai Rasul, apakah Tuhan kami dekat sehingga kami cukup berbisik kepada-Nya atau Ia jauh sehingga kami harus memanggil-Nya?” Tanya seorang laki-laki kepada Rasulullah Saw.

Allah tak mau mewakilkan jawabannya kepada Rasul-Nya, maka Dia sendiri menjawab tanya itu dari langit shaf tujuh:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. [QS: Al Baqarah: 186]

Adapun Umar Ra saat berulang kali datang ber’unjuk rasa’ kepada Nabi Saw tentang hukum khamr, dalam dadanya berjejal tanya, “kenapa sesuatu yang jelas buruk dan berbahaya ini tidak diharamkan oleh Allah?”

Oleh Allah swt dijawab secara bertahap dan firman terakhir-Nya tentang khamr adalah:

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. [QS: Al Maidah: 90]

Pernah pula seorang sahabat bertanya tentang bulan sabit. Saat pertanyaannya cenderung kepada sains semata, Allah mengarahkan agar setiap tanya berkorelasi dengan ubudiyah:

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” [QS: Al Baqarah: 189]

Lain lagi dengan sekelompok orang dari Quraisy yang bertanya kepada Baginda tentang kiamat. Bukan untuk membenarkan atau mengimaninya, namun demi mengejek Baginda. Meski Allah menjawabnya, namun dalam jawabNya ada isyarat murka-Nya.

Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [QS: Al A’raf: 187]

Sedangkan Bani Israil yang terkenal bengal, senang membantah dan durhaka kepada Musa as.

Mereka bertanya, lalu dijawab oleh Nabi Musa lalu bertanya lagi. Dijawab lagi dan bertanya lagi. Bukan karena kritis ilmiah, namun sengaja menolak jawaban dengan pertanyaan yang lain.

Susurilah rekam jejak mereka dalam QS: Al Baqarah: 67-73 engkau akan dapati betapa sabarnya Nabi Musa dan alangkah bengal kaumnya.

Sepertinya dalam konteks inilah Nabi Muhammad Saw pernah mengingatkan umatnya:

ما نهيتُكم عنه فاجتنبوه، وما أمرتُكم به فأتوا منه ما استطعتُم، فإنما أهلك الذين من قبلكم كثرةُ مسائلهم واختلافُهم على أنبيائهم. رواه البخاري ومسلم.

“Apa saja yang aku larang, maka jauhilah. Sedangkan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian. Sungguh telah membinasakan umat sebelum kalian; banyaknya pertanyaan mereka dan bantahan mereka kepada Nabi-nabi mereka”.

Maka periksalah motifmu saat bertanya; apakah engkau sedang ittiba’ para sahabat Nabi Muhammad atau sedang menyusuri langkah Bani Israil ataukah sedang mengekor kaum kafir Quraisy?

Wallahu a’lam…

Suhari Abu Fatih
Pengasuh Mahad Alfatih Klaten

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.