MENGADU KEPADA ALLAH

Diantara akhlak para Nabi hingga mereka makin dicintai Allah swt adalah keengganan mereka mengadu kepada makhluk.

Diceritakan bahwa ketika Nabi Musa as berlari meninggalkan Mesir menuju Madyan, ia terus menyusuri padang tandus nan gersang seorang diri selama delapan malam.

Tak ada teman perjalanan kecuali Allah. Tak ada bekal kecuali takwa. Tak ada penunjuk jalan kecuali cahaya Allah. Telanjang kaki dan dalam kondisi perut tanpa isi.

Hingga ia menemukan kerumunan manusia saling berdesakan dan berebutan air untuk memberi minum hewan-hewan ternaknya.

Di tempat yang agak jauh, ia melihat dua orang gadis sedang menunggu kerumunan itu menyelesaikan kebutuhannya.

“Apa urusan kalian berdua” kata Musa as kepada kedua gadis itu?

“Kami tidak bisa memberikan minum hewan-hewan ternak kami hingga kerumunan itu bubar” jawab keduanya.

Maka rasa kasihan kepada orang-orang yang lemah membuat Nabi Musa bangkit menolong keduanya, padahal badan beliau sangat lelah lepas dari perjalanan jauh. Kulit kaki beliau pun terkelupas mengucurkan darah karena berlari ratusan mil tanpa alas kaki. Dan perut beliau pun dalam kondisi kosong, tak ada isi.

Setelah selesai, beliau kembali menyandarkan diri di sebuah pohon yang cukup rindang, lalu beliau merintih kepada Tuhan.

Andai beliau bukan Nabi, pastilah beliau sudah menceritakan kondisi beliau atau bahkan meminta upah atas bantuan yang telah beliau berikan kepada keduanya.

Namun tidak. Beliau adalah Nabiyullah. Tak pantas mengadu kecuali kepada Allah swt.

(وَلَمَّا وَرَدَ مَاۤءَ مَدۡیَنَ وَجَدَ عَلَیۡهِ أُمَّةࣰ مِّنَ ٱلنَّاسِ یَسۡقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ ٱمۡرَأَتَیۡنِ تَذُودَانِۖ قَالَ مَا خَطۡبُكُمَاۖ قَالَتَا لَا نَسۡقِی حَتَّىٰ یُصۡدِرَ ٱلرِّعَاۤءُۖ وَأَبُونَا شَیۡخࣱ كَبِیرࣱ)
(فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰۤ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّی لِمَاۤ أَنزَلۡتَ إِلَیَّ مِنۡ خَیۡرࣲ فَقِیرࣱ)

Dan ketika dia sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan sedang menghambat (ternaknya). Dia (Musa) berkata, “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua (perempuan) itu menjawab, “Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya.”
Maka dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.”
[Surat Al-Qashash 23-24]

Dan diceritakan pula kisah Baginda yang mulia. Tatkala beliau mengajak suku Thaif untuk memeluk Islam.

Bukan sambutan hangat yang beliau dapatkan, melainkan sambitan (baca; lemparan) batu dan hujatan hingga berdarah-darah lah lutut dan pelipis beliau.

Beliau berlari meninggalkan Thaif lalu beristirahat di sebuah kebun milik Uqbah bin Rabi’ah. Di tempat inilah beliau mengadu kepada rabbnya;

اللهم إليك أشكو ضعف قوتي، وقلة حيلتي، وهواني على الناس، يا أرحم الراحمين، إلى من تكلني، إلى عدو يتجهمني، أو إلى قريب ملكته أمري، إن لم يكن بك علي غضب فلا أبالي، غير أن عافيتك أوسع لي، أعوذ بنور وجهك الذي أشرقت له الظلمات، وصلح عليه أمر الدنيا والآخرة، أن تنزل بي غضبك، أو يحل علي سخطك، لك العتبى حتى ترضى، ولا حول ولا قوة إلا بك.
هذا الحديث رواه الطبراني وغيره
Ya Allah…
Hanya kepadaMu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku, dan ketidakberdayaan ku di hadapan manusia. Wahai Dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang, Engkaulah pelindung orang-orang lemah dan Engkau jualah pelindungku.
Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Jika Engkau tak murka kepadaku, maka semua yang aku alami ini tak pernah aku hiraukan karena telah begitu banyak nikmat yang Engkau limpahkan.
Aku berlindung dengan cahaya wajahMu yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat dari murkaMu yang hendak Engkau turunkan kepadaku.
Hanya Engkau lah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau Ridha. Sungguh tiada daya dan kekuatan kecuali atas ijinMu (HR Ath Thabrani)

Maka, siapapun anda yang sedang menempuh jalan para nabi, tirulah akhlak mereka ini; mengadulah hanya kepada Allah!

Saat perutmu sedang lapar, atau kondisi ekonomimu sedang terpuruk atau engkau sedang dikucilkan dan dijauhi manusia -bukan karena sebab akhlakmu yang tercela- maka mengadulah hanya kepada tuhanmu!

إياك نعبد واياك نستعين

Hadanalllah wa iyyakum

Suhari Abu Fatih
Pengasuh Mahad Alfatih Klaten

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *