GENERASI DAS DES

Terima kasih dengan sekelompok orang yang telah menarasikan Al Fatih Klaten sebagai pondok konvensional, itu kalimat manis ataukah lontaran sinis? Entahlah apapun motif obrolan tersebut tidak akan menggoyahkan para pejuang di dalamnya untuk berkhidmah yang terbaik.

Bagi yang menyebut kami adalah kaum yang tidak peduli lantaran kami tidak cawe-cawe langsung dalam kancah politik praktis, lantas dikutip nash “siapa yang tidak punya perhatian urusan kaum muslimin maka bukanlah termasuk golongan kami”. Lah kami mendirikan pondok salah satu ta’shil syar’inya tentulah hadits tersebut.

Kita harus peduli terhadap urusan ummat, urusan masyarakat. Ummat Islam sejatinya yang pantas memimpin peradaban, bukan menjadi generasi imma’ah. Sayang bila ummat ini terus diombang-ambingkan, lebih disayangkan lagi ketika keadaan demikian dianggap prestasi yang membanggakan.

Sekarang standar kecerdasan dipaksa mengikuti Barat. Entahlah Barat itu makhluk apa kok banyak orang begitu terpesona kepadanya? Sampai-sampai pembelajaran berbasis pada turats para ulama’ dianggap aneh, bahkan disebut model pembelajaran konvensional.

Social Distancing adalah ilmu yang dicetuskan oleh Amr bin ‘Ash di masa khalifah Umar bin Khattab. Diplomatik tingkat tinggi merupakan keahlian yang dimiliki seorang shahabat bernama Mughirah bin Syu’bah. Berbagai pilihan ilmu lainnya so pasti akan banyak ditemukan dari turats ulama’.

Kenapa santrinya sedikit, apakah memang pondok kurang daya tarik sehingga sedikit peminatnya? Celotehan yang begitu tidak akan menggerus keyakinan para pengasuh hingga berubah pikiran dan merubah haluan perjuangan. Kwalitas tetap menjadi ikhtiar kami dalam mengasuh dan mendidik sepenuh hati.

Kata “sedikit” dalam Al-Qur’an sering digunakan untuk menunjukkan nilai yang istimewa dimana hanya sedikit orang yang mampu mencapainya dengan izin Allah. Tidak sedikit energi yang dibutuhkan untuk meraih dan tetap berjalan mantap bersama “kafilah yang sedikit” itu.

Ayo acungkan jempol untuk kerelaan hati terlibat dalam proyek yang jempolan ini..

Kami bukan yang terbaik tapi tentu kami akan selalu berusaha meniti jalan terbaik. Kami bukan yang paling istimewa, tapi anak-anak yang rela datang dari berbagai daerah di nusantara akan selalu disambut istimewa, dibina diasuh secara istimewa dengan iringan doa-doa teristimewa .

Almuhafadhah ‘ala qadimish shalih wal-akhzu bil-jadidil ashlah. Santri biasa sarungan tapi tidak alergi dasian. Santri bisa menulis khat dengan pena celap celup, tanpa ketinggalan pula mereka siap mengaplikasikan desain grafis ala CorelDRAW.

Sedikit yang istimewa itu dengan izin Allah akan menyambut janji kemenangan masa depan. Mereka berjuang untuk menjadi produsen kebajikan, menjadi desainer peradaban. Semoga kelak mereka adalah realisasi dari obsesi suci akan lahirnya generasi pemenang yang akan muncul dari timur.

Utopia? Mungkin iya bagi yang bermental pesimis. Boleh jadi betul jika hati masih dipenuhi hasad dan dengki sehingga tidak cukup waktu berbenah diri, apalagi berbuat sepenuh bakti. Barangkali demikian menurut kaum inferior.

Mimpi kosong di siang bolong? Katakan tidak sebagai jawaban penuh keyakinan. Awalnya keyakinan, selanjutnya mendorong dan menggerakkan segenap daya upaya untuk cita-cita mulia.

Mimpi basah yang penuh barakah?

Iya, dalam pemaknaan bahwa ihtilam adalah gerbang awal kedewasaan, tinggalkan kekanak-kanakan untuk menjemput kemenangan sepenuh tanggung jawab. Sekali basah pantang menyerah kalah. Nik wis teles kudu das des, no greges.

Bermodal energi keikhlasan kita ikhlas Allah sebagai penentu akan lahirnya generasi berkualitas.

Anshor Hasan
Pengasuh PPM Al Fatih Klaten

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *