Obsesi dan mimpi


$AF (pengasuh #ppm #alfatih)

Ada yang memendam obsesi pribadi lalu obsesi itu terpenuhi, namun ada pula obsesi yang tetap berada di alam mimpi hingga ia mati. Tak mengapa, karena hanya tuhan yang memiliki ‘jurus’ Kun Fayakun. Semua kehendakNya selalu menjadi nyata.

Ada pula yang memendam cita-cita organisasi, lalu cita-cita itu menjelma menjadi nyata namun tidak sedikit pula yang terkubur bersama raga pemiliknya. Hal itu bukanlah masalah yang besar, karena kita hanyalah makhluk yang amat kecil di luasnya mayapada ini.

Ibnu Atho’illah As Sakandari, mursyidnya para ahli thoriqoh berkata dalam kitab Al Hikam;

سوابق الهمم لا تخرق أسوار الأقدار

Obsesi-obsesi (yang besar sekalipun) tak akan mampu menembus dinding takdir

Sa’ad bin Abi Waqqash adalah panglima para mujahid. Hampir tak ada satupun peperangan baik di masa Rasulullah Saw maupun sepeninggal beliau yang luput dari kehadiran nya. Tak terhitung bekas luka yang menggores dan menyayat tubuhnya. Ia sangat ingin mati di Medan jihad sebagaimana sahabat yang lain. Namun apa daya, ia meninggal di atas dipannya secara biasa.

Demikian pula akhir hayat pedang Allah yang selalu terhunus, Khalid bin Walid. Pejuang, ahli strategi perang dan panglima tanpa tanding. Tak ada satupun pasukan yang ia pimpin kecuali memperoleh kemenangan. Ia pun sangat bercita-cita terbunuh di tangan musuh, namun obsesinya tak mewujud menjadi kenyataan.

Umar bin Abdul Aziz sangat ingin menjadi Khalifah dan menikahi putri Khalifah. Kedua obsesinya ini akhirnya menjadi kenyataan. Ia pun menunggu obsesinya yang ketiga; masuk surga dengan derajat yang teramat tinggi dan posisi ini yakin telah beliau peroleh. Namun ia tetap manusia biasa dan makhluk yang lemah, tetap saja tidak semua keinginannya terpenuhi.

Umar pernah memendam cinta suci kepada salah seorang gadis pelayan istana. Hingga saat ia sakit parah menjelang akhir hayatnya, gadis itu dihadapkan kepadanya. Siapa tahu hal itu bisa menyembuhkan sakitnya.

Fathimah sang istrilah yang membawa gadis itu ke hadapannya. Namun Umar menolak karena ia telah merasakan dekatnya ajalnya. Ia memilih akhirat dibandingkan seluruh kenikmatan dunia. Menjelang wafatnya beliau membaca;

(تِلۡكَ ٱلدَّارُ ٱلۡـَٔاخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِینَ لَا یُرِیدُونَ عُلُوࣰّا فِی ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فَسَادࣰاۚ وَٱلۡعَـٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِینَ)

Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa [Surat Al-Qashash 83]

Obsesi-obsesi itu seringkali terkubur bersama jasad pemiliknya. Hanya saja selalu ada pembeda antara obsesi pribadi dan obsesi organisasi atau keumatan. Obsesi pribadi tak bisa diteruskan oleh orang lain sedangkan obsesi organisasi atau cita-cita umat selalu bisa dilanjutkan oleh generasi setelahnya. Itu bedanya!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *