KEPAYAHAN TAK SELAMANYA NGERI
(menapaki padang kesabaran hati)
Berkunjung ke tanah suci selalu mendatangkan rasa rindu tak terperi. Kerinduan yang seolah tidak rela terkubur bahkan selagi masih menapaki tanah yang diberkahi. Nikmat bersimpuh di pelataran tanah haram meski kadang bermandikan sinar matahari, tidak ada penyesalan dalam beribu rasa yang mengombak di hati.
Ya Allah setiap jengkal bumi-Mu tentulah suci dalam pemaknaan nasyru kalimatikal ‘aliyati, setiap peran meninggikan kalimat Allah yang tinggi. Jangan remehkan mereka yang barangkali tergariskan hidup dalam sunyi apresiasi. Al-Faruq yang kebaikannya menyamudra pun didawuhi Nabi agar meminta doa dari Uwais al-Qarni.
Bahkan kegiatan menuntun pembelajaran huruf demi huruf untuk menekuni Al-Qur’an yang bisa jadi berlangsung di sudut desa yang tidak terjamah televisi hingga WiFi, tetaplah jangan dinafikan sebagai bagian dari gerak keagungan Islam yang begitu berarti.
Tetapi kekhususan nilai tanah haram telah terabadikan dalam kitab suci. Bahkan menjadi salah satu sarana sumpah-Nya dalam penegasan bahwa manusia tercipta dengan kepayahan yang terus mengiringi. Maka, merindukan sujud di tanah suci di sisi rumah yang suci adalah cerminan rindu tingkat tinggi.
Terlebih ziarah ke tanah suci pada bulan suci di jalan sepertiga akhir menuju idul Fitri, benar-benar “kepayahan” yang dirindukan hati. Semoga hati kita senantiasa bersih suci, jauh dari kontaminasi duniawi meski begitu dekat dengan kelimpahan harta yang selalu ada berkah meliputi.
Salah satu makna Lailatul Qadar yang dicari-cari adalah lailatun dhayyiqah, malam yang sempit -karena sesak taburan rahmat-Nya melalui sayap-sayap para malaikat yang turun ke bumi. Ada kenikmatan meski berdesakan di jalan cinta yang menyelimuti.
Mengertilah kenapa Allah begitu mencintai para Nabi, tentu salah satunya karena mereka memiliki tingkat kesabaran level tinggi. Oleh sebab dakwah yang menjadi selendang para Nabi dan Rasul serta orang-orang beriman yang mewarisi haruslah mengerti ragam ummat yang didakwahi.
Mengertilah kenapa Allah memilih tanah suci pada dataran padang sahara nan tandus yang berhias bukit-bukit bebatuan menggenapi tingkat kerumitan yang menggoda dan menguji. Oo sebab ketangguhan dan kesabaran menjadi syarat menuai kemenangan hakiki.
Mengertilah betapa tingkat “kengerian” padang mahsyar kelak tidak akan “menghantui” orang-orang beriman yang dilindungi. Karena panasnya api menjadi lemah dan tidak akan mampu menjalari hati yang berbingkai kalimat tauhid serta ayat-ayat suci.
Semoga Allah menaungi kita dengan rahmat-Nya sejak di dunia ini hingga di surga-Nya nanti.
Shofa, 25 Ramadhan 1444 H
Anshor Hasan
Pengasuh PPM Al-Fatih Klaten