Dan pada akhirnya dunia terguncang dan tercengang dengan kemajuan perjuangan rakyat Palestina. Infiltrasi Sabtu 7 Oktober 2023 kemarin bukan sekedar keberhasilan Hamas, namun keberhasilan seluruh rakyat Palestina karena Hamas adalah representasi seluruh rakyat Palestina.
Infiltrasi dan serangan mematikan itu mereka namai Taufan Al Aqsha yang jika diterjemahkan “Badai Al Aqsha”.
Selain serangan darat dari pejuang-pejuang Hamas, sekitar lima ribuan roket juga ditembakkan ke jantung Israel hingga Netanyahu mengumumkan bahwa “negara”nya dalam keadaan perang.
Badai Al Aqsha ini bukan sekedar mampu mengejutkan penjajah Israel, namun juga mengejutkan dan membuat marah para pemimpin dunia yang pro dengan penjajahan Israel atas Palestina.
“Itu bukan perjuangan, tapi terorisme yang sesungguhnya” kata mereka kompak. Kembali mereka memutar-balikkan fakta; siapa yang sedang berjuang memerdekakan negaranya dan siapa yang selama ini menjadi teroris yang sesungguhnya?. Maka sesungguhnya perang ini bukan sebatas perang antara Palestina dan Israel saja, namun perang antara Dunia Islam yang pro kemerdekaan dan Barat yang selama ratusan tahun ini menjadi pelopor penjajahan dimana-mana.
Sayangnya para pemimpin dunia Islam sampai artikel ini saya tulis belum ada satupun yang memberikan statement-nya disaat para pemimpin Barat begitu kompaknya. Jika Barat menyebut Hamas sebagai the real terorist, kita harus kompak dan satu suara bahwa Hamas adalah the real hero sedangkan Israel adalah the real terorist.
“Kebathilan yang diulang-ulang akan dianggap sebagai kebenaran” begitu kata para ulama kita, maka jangan sampai karena mereka lebih ulet dan tekun mengulang-ulang kebathilan dan kita diam sehingga kebathilan berubah menjadi kebenaran sedangkan kebenaran berubah menjadi kebathilan.
Maka dari jantung PPM Alfatih Klaten ini kami suarakan kembali “birruuh biddam nafdiika ya Aqsha!” Dengan ruh dan darah kami, kami tebus dirimu wahai Al Aqsha!
Dunia Islam, wabil khusus Indonesia memiliki ikatan batin dan ikatan emosional yang teramat kuat dengan Palestina sejak sebelum kemerdekaan hingga hari ini. Bahkan Bung Karno dengan tegas menolak untuk membuka kedutaan Israel di Indonesia dan hingga saat ini keputusan politik beliau ini dilanjutkan oleh para presiden setelah beliau.
“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel,” begitu pernyataan Soekarno, 1962 seperti dikutip oleh Sindonews.
Kemarin, Ahad 8 Oktober jutaan rakyat Yaman turun ke jalan untuk mendukung pencapaian perjuangan rakyat Palestina. Sedangkan awal bulan ini Kerajaan Saudi Arabia merilis peta dunia baru dan tidak mencantumkan negara Israel di peta tersebut. Dan jauh sebelum itu Indonesia sudah membangun rumah sakit Indonesia untuk Palestina di jalur Gaza.
Warga Klaten punya caranya sendiri untuk mengenang dan mendukung perjuangan rakyat Palestina. Pemda kabupaten Klaten pada tahun 2015 membangun masjid agung yang kemudian diberi nama Masjid Agung Al Aqsha Klaten agar setiap saat warga Klaten teringat dengan Palestina dan masjid Al Aqshanya.
Dukungan-dukungan seperti ini sangatlah penting bagi saudara kita di Palestina agar dunia barat melihat dan mengetahui bahwa Palestina tidak sendirian. Umat Islam, rakyatnya dan pemerintahnya selalu bersama rakyat Palestina.
Suhari AF
Pengasuh PPM Alfatih Klaten