Menangislah itu lebih baik dari pada kege-eran merasa amal pasti diterima di sisi Allah hanya dengan mengukur lewat satu indikator -amal keummatan bersambut antusias penerimaan masyarakat. Benar bahwa ia bisa jadi tanda maqbulnya amal, tetapi boleh jadi ada faktor lain, di antaranya keberadaan wali yang sedang dijaga Allah.
Terlebih ada kemungkinan di antara wali-wali santri ada yang sekaligus wali Allah. Support mereka hingga doa-doa tulus yang dipanjatkan sangat dekat dengan ijabah keberkahan, keberkahan yang berbuah kebaikan tak bertepi, dan atau keberkahan laksana air yang mengalir tanpa henti.
Menangislah itu lebih utama saat kondisi justru merasa diri tanpa masalah, padahal boleh jadi Allah sedang memberikan peluang bagi kita untuk berbenah dengan menutup aib dan masalah kita dari pandangan masyarakat dan jama’ah.
Optimis akan diijabahnya amal itu baik, sebagaimana juga baik ketika setiap kita tidak mengabaikan kemungkinan hati dipenuhi kerak-kerak kotoran yang menempel, hingga berdaya untuk membersihkannya sampai hati kembali mengkilap.
Menangislah itu lebih baik dari pada airmata mengalami ketertundaan tumpahnya ke alam baka. Para salafunash shalih merasa di sinilah tempat terbaik menumpahkan airmata demi terjaganya kebersihan jiwa. Mereka tentu layak menjadi teladan bagi kita.
Apa yang nampak baik dan meriah di permukaan, kita syukuri sepenuh hati. Tapi dari kemungkinan perwujudan istidraj, kita berlindung kepada Allah dengan ketulusan yang lebih dalam lagi dari hati.
Menangislah, agar kelak mata kita menjadi saksi di hadapan-Nya bahwa persembahan kita berangkat dari rasa khauf dan thamak (dibaca: harap-harap cemas)
Khiyarukum khiyarukum liahlih, dari internal rumah kecil kita berusaha melihat hal sederhana tentang diri sendiri sebelum yang lain. Tentang cinta, perhatian, kasih sayang terhadap keluarga, adakah ketulusan atau kegersangan? Tentang memaknai qawwam, benarkah laki-laki seutuhnya dominan dan mengabaikan “cawe-cawe” istri?
Menangislah, kalau tak kunjung bisa menangis cobalah kursus bagaimana bisa menangis. Bila tidak ada lembaga kursus menangis, buatlah lembaganya atau wadah tempat menampung orang-orang yang ingin belajar menangis.
Menangislah, bila kesulitan untuk menangis. Maka, menangislah karena sebab tak bisa menangis.
Belum juga bisa menangis?
Menangislah, minimal kau tangisi saudaramu ini yang tak kunjung menangis ðŸ˜
Sekali lagi menangislah, setidaknya menangisi saudaramu ini yang hingga menulis tema ini malah menahan tawa sendiri.
Serius ini kawan; AYO, MENANGISLAH..!!
Anshor Hasan
Pengasuh PPM Al Fatih Klaten